#spaceads {margin:0px;padding:0px;text-align:center} #spaceads img {margin:2px 2px;text-align:center;-webkit-border-radius: 5px;-moz-border-radius: 5px;border-radius: 5px;-webkit-box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;-moz-box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;} #bukarahasiaads img:hover {-moz-opacity: 0.7;opacity: 0.7;filter:alpha(opacity=70);}

Senin, 06 Desember 2010

PENGEMIS BUTA DIPEREMPATAN….

Berdiri tanpa melihat, tangannya menjulurkan sebuah kantong yang kosong, mengharap belas kasihan para pengguna jalan yang berhenti sesaat menanti lampu kembali berwarna hijau.

Mulutnya diam tak berkata, raut mukannya suram tanpa expresi, matanya tetap terpejam karna memang dia tak dapat melihat. Walau mulutnya diam tapi mungkin hatinya berkata-kata, walau raut mukannya suram tapi mungkin dia tetap ingin terlihat cantik, walau dia tak dapat melihat tapi mungkin mata hatinya lebih peka dari orang yang dapat melihat.

Dia tetap berdiri, menunggu, menanti sekeping atau selembar rupiah yang disisipkan di kantong yang ia bawa, sedikit anggukan kepala, sedikit senyuman manis di bibir ia usahakan untuk sekedar berterima kasih kepada penggendara yang dengan iklas memberikan sedikit uang untuknya, walaupun ia tak dapat melihat. Dia tak meminta lebih, dia tak meminta banyak, yang ia inginkan hanya sekeping atau sepeser uang logam yang bagi kita mungkin tak bernilai.

Sesaat dia terduduk, mungkin kelelahan terlalu lama berdiri, menikmati lalu lalang pengendara yang tak dapat ia lihat. Dia hanya dapat merasakan dan pasrah kepada sang khalik untuk hidupnya yang seperti ini. Dan tetap harus dapat hidup walau harus terus berdiri di perempatan jalan sebagai seorang pengemis buta.

Terkadang kita menganggap mereka lebih rendah dari kita, tapi sebenarnya siapakah yang lebih rendah. Mereka memang meminta, namun mereka tidak memaksa apalagi merampok dan merugikan orang lain. MEreka hanya mencari kesempatan untuk dapat bertahan hidup sampai esok hari dan tak berharap lebih. Dan bandingkan dengan kita, dengan para koruptor yang dengan nyata ngemplang uang Negara namun tetap tak sadar dan merasa benar.

Mungkin itulah kenyataan hidup, Tuhanpun tidak menciptakan semua manusia itu kaya, semua manusia itu baik, semua manusia itu sempurna, namun yang pasti kita diciptakan Tuhan dengan tujuan yang mulia dan bukan dengan sembarangan.

Tetap Semangat, tetap bersyukur, karna sekecil apapun rejeki yang kita dapat kalau itu kita lakukan dengan benar, itu adalah berkat luar biasa dari Tuhan…

Jumat, 03 Desember 2010

MONARKI DAN JOGJA…

Belum lagi usai menuntaskan permasalahan yang ditimbulkan akibat merapi, Jogja sudah diobok-obok dengan masalah Monarki. Masalah yang sempat membuat heboh pare elit, tapi hanyut bersama lahar dingin merapi, dan kini kembali muncul.
Sepertinya masih banyak pekerjaan yang lebih besar deh.. dari pada sekedar ngurusin masalan monarki yang nyata-nyata jogja adalah daerah yang memiliki keistimewaan.
Mestinya akan lebih baik pemerintah lebih ngurusin pengungsi merapi yang sampai saat ini gak jelas juntrungnya. Banyak yang kehilangan tempat tinggal, harta benda bahkan nyawa.

Atau ngurusin kasus Gayus yang bikin seluruh rakyat Indonesia geregetan seperti lagunya Sherina. Ini malah ngurusin Gubernur Jogja yang jelas-jelas didukung penuh oleh rakyatnya, sampai-sampai warga akan ancam memboikot Pemilukada DIY.
Seorang pemimpin yang baik dimata rakyatnya adalah pemimpin yang didukung penuh oleh rakyatnya, gak penting dan gak pedui berapa lama sang pemimpin menjabat. Yang penting wialayahnya aman, tentram, dan mementingkan kebutuhan rakyatnya. Dari pada seorang pemimpin yang terpilih karna kekuatan money politik.

Untuk itu saya saranan kepada pemerintah, lebih baik deh tuntaskan dulu kasusnya Gayus, atau jangan-jangan isu monarki sengaja dihembuskan untuk mengalihkan perhatian public dari masalah Gayus yang banyakmelibatkan orang-orang penting di Negeri ini. Seperti kebanyakan kasus besar lainya yang gak pernah ber ujung…

Jangan sampai deh….

Senin, 04 Oktober 2010

LELAKI TUA, SAMPAH DAN GEROBAKNYA…

Tertatih berjalan sambil menarik gerobak yang hampir penuh dengan sampah.. ditemani kerumunan lalat yang dengan setia menemani langkah kakinya yang renta…
Kulit keriput, hitam legam, dengan tenaga yang masih tersisa dia menghampiri sebuah tong yang tentunya berisi sampah, dan dengan perlahan dipindah kedalam gerobaknya,
Tanpa ragu-ragu tangan keriput itu begitu nikmatnya mengaduk, menjamah dan menyentuh sampah yang denger namannya saja kita sudah pengen MUNTAH.
Namun tidak dengan lelaki ini, aroma yang tercium tidak lagi membuatnya hilang selera makan, denger namanya tidak lagi membuatnya muntah, setiap hari bergumul dengan sampah sudah membuatnya menjadi betah, yang terpenting baginya adalah sampah ini bisa menjadi uang, yang mungkin nilainya tidak cukup ditukar dengan satu kilo beras, tapi itu tetap harus dia lakukan.
Dia sampai dibawah sebatang pohon yang rimbun dan berhenti, melepas penat, sambil mengeluarkan sebatang rokok yang tak bermerk dari saku kumelnya, menghisap dalam-dalam dengan tatapan kosong, yang aku sendiri tak tau apa yang sedang ia pikirkan. Yang jelas, terlihat begitu menikmati tarikan demi tarikan dari sebatang rokok yang tak ber-MERk tersebut. Hatinya mungkin menerawang jauh membayangkan kebahagiaan yang tak akan pernah dia dapatkan, mengingat kondisinya yang demikian. Hingga sebatang rokok ditangan habis ter-isap.
Dia bangkit dan terus berlalu menghampiri tong-tong lain, yang selalu setia menantinya,menunggu untuk diangkut, hingga tak bersisa dan berlalu. Tak ada keluhan, tak ada gerutuan, hanya se-sekali mulutnya komat kamit dan tak tau apa yang diucapkanya. Mungkin bersyukur akan pekerjaan hari ini yang masih dapat ia lakukan, bersyukur karna masih ada sampah yang bisa diangkat. Apa jadinya jika tak ada sampah yang harus diangkat, maka lelaki tua ini akan kehilangan pekerjaannya. Siapa yang memikirkan nasibnya, nasib istrinya, siapa..??. Mungkin karna itulah mulutnya tak henti berdoa, sehingga besok, lusa dan hari-hari selanjutnya masih ada dan selalu akan ada sampah yang bisa diangkut. Sehingga mulut masih dapat merasakan nikmatnya nasi walau berasnya bukan beras yang mahal dan lauknya bukan lauk yang nikmat…
Kadang kita tak peduli, acuh tak acuh, meremehkan bahkan memandang sebelah mata apa yang dikerjakan lelaki tua ini. Bukan karna keinginannya, sehingga setiap hari dia harus menarik gerobak dan menghampiri tong-tong sampah, tapi karna keadaanlah yang membuatnya menjadi demikian…
Dengan melihat kita dapat merasakan, dengan merasakan kita dapat mengerti arti kesulitan dan kebahagiaan orang lain dank ta semakin peduli terhadap sesama. Tetap semangat kawan….
Madiun, 29 september 2010