#spaceads {margin:0px;padding:0px;text-align:center} #spaceads img {margin:2px 2px;text-align:center;-webkit-border-radius: 5px;-moz-border-radius: 5px;border-radius: 5px;-webkit-box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;-moz-box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;} #bukarahasiaads img:hover {-moz-opacity: 0.7;opacity: 0.7;filter:alpha(opacity=70);}

Senin, 04 Oktober 2010

LELAKI TUA, SAMPAH DAN GEROBAKNYA…

Tertatih berjalan sambil menarik gerobak yang hampir penuh dengan sampah.. ditemani kerumunan lalat yang dengan setia menemani langkah kakinya yang renta…
Kulit keriput, hitam legam, dengan tenaga yang masih tersisa dia menghampiri sebuah tong yang tentunya berisi sampah, dan dengan perlahan dipindah kedalam gerobaknya,
Tanpa ragu-ragu tangan keriput itu begitu nikmatnya mengaduk, menjamah dan menyentuh sampah yang denger namannya saja kita sudah pengen MUNTAH.
Namun tidak dengan lelaki ini, aroma yang tercium tidak lagi membuatnya hilang selera makan, denger namanya tidak lagi membuatnya muntah, setiap hari bergumul dengan sampah sudah membuatnya menjadi betah, yang terpenting baginya adalah sampah ini bisa menjadi uang, yang mungkin nilainya tidak cukup ditukar dengan satu kilo beras, tapi itu tetap harus dia lakukan.
Dia sampai dibawah sebatang pohon yang rimbun dan berhenti, melepas penat, sambil mengeluarkan sebatang rokok yang tak bermerk dari saku kumelnya, menghisap dalam-dalam dengan tatapan kosong, yang aku sendiri tak tau apa yang sedang ia pikirkan. Yang jelas, terlihat begitu menikmati tarikan demi tarikan dari sebatang rokok yang tak ber-MERk tersebut. Hatinya mungkin menerawang jauh membayangkan kebahagiaan yang tak akan pernah dia dapatkan, mengingat kondisinya yang demikian. Hingga sebatang rokok ditangan habis ter-isap.
Dia bangkit dan terus berlalu menghampiri tong-tong lain, yang selalu setia menantinya,menunggu untuk diangkut, hingga tak bersisa dan berlalu. Tak ada keluhan, tak ada gerutuan, hanya se-sekali mulutnya komat kamit dan tak tau apa yang diucapkanya. Mungkin bersyukur akan pekerjaan hari ini yang masih dapat ia lakukan, bersyukur karna masih ada sampah yang bisa diangkat. Apa jadinya jika tak ada sampah yang harus diangkat, maka lelaki tua ini akan kehilangan pekerjaannya. Siapa yang memikirkan nasibnya, nasib istrinya, siapa..??. Mungkin karna itulah mulutnya tak henti berdoa, sehingga besok, lusa dan hari-hari selanjutnya masih ada dan selalu akan ada sampah yang bisa diangkut. Sehingga mulut masih dapat merasakan nikmatnya nasi walau berasnya bukan beras yang mahal dan lauknya bukan lauk yang nikmat…
Kadang kita tak peduli, acuh tak acuh, meremehkan bahkan memandang sebelah mata apa yang dikerjakan lelaki tua ini. Bukan karna keinginannya, sehingga setiap hari dia harus menarik gerobak dan menghampiri tong-tong sampah, tapi karna keadaanlah yang membuatnya menjadi demikian…
Dengan melihat kita dapat merasakan, dengan merasakan kita dapat mengerti arti kesulitan dan kebahagiaan orang lain dank ta semakin peduli terhadap sesama. Tetap semangat kawan….
Madiun, 29 september 2010