#spaceads {margin:0px;padding:0px;text-align:center} #spaceads img {margin:2px 2px;text-align:center;-webkit-border-radius: 5px;-moz-border-radius: 5px;border-radius: 5px;-webkit-box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;-moz-box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;} #bukarahasiaads img:hover {-moz-opacity: 0.7;opacity: 0.7;filter:alpha(opacity=70);}

Rabu, 02 Maret 2011

SELAMAT MENIKMATI PENDERITAAN…


Kita tidak lagi dapat berharap banyak dari para pengelola negeri ini, kita tak lagi dapat menuntut banyak dari para pemimpin negeri ini, seperti apa yang mereka janjikan saat mereka berkampanye. Berkoar-koar dengan suara yang lantang dengan segudang janji-janji manis yang tak ada pahitnya. Namunapa yang terjadi setelah mereka terpilih, siapa lo,, mungkin itulah yang mereka katakan jika ada masyarakat yang menagih janjinya. Dan lupa jika yang membuat mereka duduk di kursi empuk adalah masyarakat yang mereka bohongi.

Sifat inilah yang kini banyak menghinggapi para memimpin kita saat ini, mudah lupa dengan janji, namun tidak pernah lupa menuntut kenaikan gaji, tidak pernah lupa dengan mobil dinas yang mewah, dengan tunjangan- tunjangan lain yang semuannya diambil dari keringat masyarakat yang mereka bohongi.

Ditengah carut-marutnya negeri ini, ditengah tidak kenormalan negeri ini, kita hanya dapat berharap kepada diri sendiri, sekedar mampu bertahan hidup ditengah keadaan seperti ini, mungkin sudahlah cukup. Seperti ada judul lagu yang saya lupa penyanyinya, “ ya sudahlah”. Artinya yang tinggal hanya kepasrahan, pasrah dengan apa yang terjadi saat ini, dan tak tahu harus berbuat apa.

Mungkin penggalan lagu bang Roma, “yang kaya makin kaya,yang miskin makin miskin”, semakin membuktikan. Yang kaya akan terus memperkaya dirinnya walau itu dengan cara apapun, tak peduli dengan nasib negeri ini selanjutnya yang penting apa yang dapat aku ambil saat ini. Sikut sana sikut sini sudah menjadi pemandangan yang biasa. Hidup berkelebihan dengan rumah yang megah ditengah masyarakat dengan rumah yang hampir rubuh tanpa rasa malu. Malu karna itu dibangun dengan mencokot uang jatah rakyat.

Sementara yang miskin akan semakin miskin, jangankan tinggal dirumah mewah, mengganti satu genteng yang pecah saja mungkin sudah tak mampu. Ditabah lagi jika jatah raskin yang jelas-jelas milik mereka, juga ada saja yang tega ngembat. Jatah berobat gratis yang jelas-jelas milik mereka, juga dipersulit dengan alasan administrasi, lempar sana lempar sini. Ditambah lagi mereka dilayani dengan senyuman yang sinis dan tutur kata yang kasar, jika tahu pasien yang ditangani adalah pasien miskin dengan kartu jamkesmas. Mana yang katannya pelayanan prima, kalau ternyata seperti itu. Akan jauh berbeda jika yang sakit orang berduit, orang berpangkat atau entah apalah namanya yang penting mereka banyak uang, maka akan dilayani dengan muka senyum dan tutur kata yang ramah.

Dengan kondisi demikian apalagi yang dapat mereka harapkan dari negeri yang katannya makmur ini kalau hak yang jelas milik mereka saja tidak mereka dapatkan.
Dengan kondisi ini masihkah mereka bisa bangga menjadi bagian dari negeri ini, ../?

Hft..